Riau Merintih, OTT KPK Terlalu Pedih

Administrator Administrator
Riau Merintih, OTT KPK Terlalu Pedih
Hasan Basri, Aktivis Trust Institute
Di tanah bertuah ini, di mana sungai-sungai mengalirkan sejarah dan angin membawa bisikan leluhur, sebuah tragedi kembali terukir. Riau, yang seharusnya bersinar dengan gemilang, kini kembali merintih dalam pedih.

ABDUL WAHID, Nahkoda yang diharapkan membawa kapal Riau ke pelabuhan kemakmuran, justru terjerat dalam jaring noda.

Operasi Tangkap Tangan (OTT) KPK bukan sekadar berita, melainkan cambuk yang mencambuk luka lama, mengoyak harapan, dan menabur garam di atas luka yang belum kering.

Tiga pendahulu telah tumbang, terperosok dalam jurang yang sama. korupsi, penyalahgunaan kuasa, dan nafsu duniawi yang tak terkendali.

Abdul Wahid adalah gubernur keempat Riau yang ditangkap KPK, menambah panjang daftar kelam para pemimpin yang mengkhianati amanah rakyat.

"Jika sejarah adalah guru terbaik, Abdul Wahid adalah murid yang keras kepala."

Ia memilih untuk mengabaikan pelajaran pahit yang telah diukir dengan air mata, dan justru mengulangi kesalahan yang sama. Abdul Wahid, yang seharusnya menjadi pelita penerang, justru menjadi bara api yang membakar hangus kepercayaan rakyat.

Setiap rupiah yang dikorupsi adalah air mata anak yatim, keringat petani, dan harapan guru honorer yang dirampas. Setiap proyek yang dikorupsi adalah jembatan yang tak pernah selesai, jalan yang berlubang, dan sekolah yang reyot.

Abdul Wahid, dengan tangannya sendiri, telah merobek-robek masa depan Riau, mengkhianati amanah yang telah diberikan dengan tulus.

Rakyat Riau kini terdiam, bukan karena setuju, melainkan karena terlalu pedih untuk bersuara.

Mereka menyaksikan dengan hati hancur lebur bagaimana pemimpin yang mereka pilih justru menusuk dari belakang. Kepercayaan telah dikhianati, janji telah diingkari, dan harapan telah dipadamkan.

Riau kini berada di persimpangan jalan yang lebih gelap dari sebelumnya. Masyarakat Riau tidak bisa lagi menyalahkan takdir atau meratapi nasib.

Masyarakat riau harus berani menatap cermin dan mengakui bahwa ada yang salah dalam diri kita, dalam sistem kita, dan dalam budaya kita.

Abdul Wahid mungkin telah jatuh, tetapi perjuangan untuk Riau yang lebih baik tidak boleh berhenti. Masyarakat Riau harus bangkit, merapatkan barisan, dan membersihkan tanah ini dari para pengkhianat.

Riau harus membangun sistem yang transparan, akuntabel, dan berpihak pada rakyat. Riau harus menanamkan nilai-nilai kejujuran, integritas, dan pengabdian dalam setiap jiwa.

Riau, tanah Melayu yang kaya dan berbudaya, tidak pantas untuk terus merintih. Riau memiliki kekuatan untuk mengubah nasib kita sendiri. Coba lah, gunakan kesempatan ini untuk membangun Riau yang lebih baik, lebih adil, dan lebih sejahtera. Coba lah, jadikan sejarah sebagai guru yang bijaksana, bukan sebagai hantu yang terus menghantui.

Semoga air mata yang jatuh hari ini menjadi pupuk bagi tumbuhnya harapan baru. Semoga luka yang menganga hari ini menjadi pengingat untuk tidak pernah mengulangi kesalahan yang sama. Riau, bangkitlah!

Tulisan
Hasan Basri
Aktivis Trust Institute
Editor
: Faisal Sikumbang
Komentar
Berita Terkini
google-site-verification: google0644c8c3f5983d55.html