Politik "Dimarinasi" Rasanya Lebih Istimewa

Administrator Administrator
Politik "Dimarinasi" Rasanya Lebih Istimewa
Agung Marsudi
Tulisan saya Jum'at pagi (20/9) berjudul, "Kasmarni: Jangan "Digoreng-goreng!" mendapat respon yang luar biasa. Kata mereka, politik di kabupaten Bengkalis tidak hanya menarik, tapi juga unik dan istimewa. Meski takut-takut mereka menyebut "politik dinasti', atau "politik keluarga" dan sejenisnya.

DEMOKRASI yang dikapitalisasi menjadikan wajah politisi seperti tembok. Bisa dicat kapan saja, sesuai selera. Kemarin kuning, sekarang merah itu biasa. Dan jamak terjadi dimana-mana.

Politik seperti makan ayam goreng Sari Sunda, jika sebelum digoreng ayamnya "dimarinasi" dengan bumbu-bumbu asli nusantara, rasanya dipastikan istimewa. Apalagi sambelnya hasil ulekan kasar. Lebih berasa, dan olala!

Ada juga yang berkomentar, "Cerita bagus dan sangat terang di depan mata. Asli hasil produksi demokrasi yang bumbunya instan, bukan digoreng-goreng".

Jika politik sebelum digoreng "dimarinasi" dengan aneka intimidasi, tentu melahirkan ketakutan. Belajar dari angin kencang Selasa sore. Banyak pohon tumbang, atap berterbangan. Roro takut menyeberang.

Tak beda kondisinya dengan kesan ketakutan partai di Pilkada. 10 partai politik peraih kursi di DPRD Bengkalis sudah lebih dulu memilih untuk "aman" sebelum pertandingan. Harga satu kursi sudah bisa dibayangkan.

Di tengah derasnya arus otomatisasi dan era digital, partai politik memang lagi tak butuh gigi, partai politik kelas matik lebih murah, mudah, efisien dan menjanjikan.

Tidak hanya jalannya birokrasi pemerintahan yang "autopilot" tapi partai-partai politik juga sudah memilih ke "autopilot". Partai politik tak perlu berbasis ideologi, ideologinya cukup kepentingan (baca: uang).

Partai politik memang sudah tak bergigi, sebab mereka sudah ramai-ramai beralih ke matik. Apalagi menjelang Pilkada Serentak 27 November 2024. Semua cari aman, yang penting menang (koalisi matik).

Di kabupaten Bengkalis, pasangan Kasmarni-Bagus Santoso (KBS) koalisinya terdiri dari 10 partai peraih kursi di DPRD (42 kursi), yaitu PDIP, PKS, Gerindra, PKB, Nasdem, PAN, Demokrat, Perindo, PBB, PPP, yang penting menang, karena "The Winner Takes It All".

Sedang lawannya, pasangan Syahrial-Andika (SANDI) diusung Golkar (3 kursi).

Lalu siapa yang mau berkoalisi dengan rakyat. Warga gelisah, tapi begitu diselipkan selembar kertas merah dari "si merah", tak jadi marah.

Rakyat merasa tak bisa apa-apa, ketika di depan matanya disodori peta buta pilkada. Pilihan warga, sudah mati harga, sebelum ke bilik suara.

"Otak udang, otak tenggiri"
(Cakep). Pantunnya lanjutkan sendiri.


Solo, 20 September 2024

Agung Marsudi
Pemerhati Geopolitik
Penulis
: Agung Marsudi
Komentar
Berita Terkini
google-site-verification: google0644c8c3f5983d55.html